Ulos dan Lelaki dari Tano Jau
(Sajak-Sajak Ria
Sitorus)
/1/ Lelaki dari Tano Jau
(Oleh
: Ria Sitorus)
*Jau parumpakhon
Jau pajongjonghon.
Engkau
menjelma dalam puisi
mengusikku
di malam-malam sunyi
engkau,
selama ini dimana sembunyi?
Kedatanganmu
bagai ombak dasyat
memecah
dinding-dinding dolok
di
tepian Tao Toba
menghempaskanku
dan keseluruhan-ku
kau—memaksaku
‘tuk bertanya
dan
mengingat kembali asal muasal.
Oh,
lelaki yang datang dari Tano Jau
Ulos
yang engkau sandang di bahumu
menampar
kebutaanku yang lama.
Sajak-sajak
yang engkau torehkan
tentang
tanah Bakkara dan legenda
leluhur
bangso Batak
tentang
eloknya Tao Toba
tentang
sang dewi penenun alam
Si Boru Deakparujar
mengingatkan
aku kembali
tentang
sakralnya sebuah kerinduan
diikat
janji dalam padan na togu.
O,
huta hatubuan
O,
Tano Batak
tanah
leluhurku
peluk
jiwa raga-ku
dalam
damai-MU.(*)
KSI-Medan, 05/09/2013 (01.18Wib)
/2/ Marsungsi
(Oleh
: Ria Sitorus)
Engkau
menjelma bak titisan
Sang Dewa Batara Guru doli
sajak-sajak
yang engkau cipta
mengajakku
manortor
dalam
iringan uning-uningan
sarune etek, hasapi dan garantung.
Engkau,
lelaki yang datang dari Tano Jau
telah
teramat lama aku menanti
hingga
tak ada kata letih
dalam
hari-hari yang kian rapuh
dalam
sunyi yang teramat perih.
Kini
engkau datang
lelaki
dari Tano Jau
pintalah
gondang pada pargonsi
manortor
kita dalam dekapan sunyi
memanggil
dewa-dewi bumi
mangurasi
badan dan tondi.
Hingga
Si Boru Deakparujar
menyempurnakan
kita dengan cahaya rembulan
dan
Si Boru Saniangnaga
mandikan
kita dengan kejernihan
mual tio
dari Tao Toba
bersihlah
raga dan jiwa.
*Horas tondi madingin,
pir tondi matogu.
(*)
KSI-Medan, 05/09/2013 (01.36Wib)
TERBIT :
Harian ANALISA,
Minggu 01 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar