Senin, 16 Januari 2012

Perempuan dan Pisau


Renungan, Senin, 16 Jan 2012/11.37Wib
(dalam kamar renung)
Perempuan dan Pisau
(Oleh : Ria Sitorus)
            “Bagaimana akhir kehidupan ini nantinya..?”
            Begitu satu pertanyaan yang tiba-tiba terlintas dalam benak kecilku.
            “Perempuan adalah bagai mata pisau dalam kehidupan ini..”
            Tiba-tiba saja aku ingin berpendapat begitu. Karena saat ini, itulah yang terpikirkan olehku. Perempuan bagai mata pisau dalam kehidupan. Kita semua pasti tahu, apa fungsi pisau?
            Jika memikirkan pisau, tentu kita akan teringat dapur, karena memang pemakaian pisau sangat identik dengan dapur dan dapur sangat identik dengan perempuan. Ya, perempuan. Lalu dapur, perempuan dan pisau, identik dengan masakan, makanan, meja makan, keluarga, kehagatan, kasih sayang dan cinta. Semua itu bertaut erat bahkan tak terpisahkan satu sama lain.
            Kita kembali ke ‘pisau’ dan ‘perempuan’. Pisau jika di dapur akan digunakan oleh kaum perempuan untuk mengupas bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, buah apel, memotong semangka, timun, membelah perut ikan lele, memotong ikan gembung, mengiris bawang prey, daun soup, dll. Itulah pisau. Betapa banyak fungsi yang diperenkannya dalam kehidupan perempuan.
            Ketika masakan dari dapur pun usai, siap untuk dihidangkan di meja makan. Si perempuan yang mungkin sebagai istri, anak perempuan paling besar dalam satu keluarga, atau barangkali seorang perempuan tua atau paroh baya yang menjadi pembantu RT, akan memanggil semua anggota keluarga untuk bersantap bersama di meja makan. Di sana ada pisau juga, untuk memotong buah apel, pear, atau semangka berwarna merah yang segar dan menggiurkan.
            Pisau. Apabila tajam, pastilah dengan sangat mudah memotong apa saja. Mulai dari menguliti dan mengupas yang paling lembut hingga yang paling keras sekalipun. Namun, apabila ia tumpul, akan susah payah tuannya menggunakan si pisau tadi.
            Perempuan sangat identik dengan pisau, baik dalam hal cara pikir, intelektual, kepekaan rasa, hati dan kecerdesan emosionalnya. Semakin diasah pasti akan samakin tajam. Dan jika enggan mangasahnya lama-kelamaan akan tumpul dengan sendirinya, bahkan bisa sampai berkarat, tidak berguna sama sekali. Namun sekalipun tajam, mestinya perempuan hati-hati menggunakan pisau itu. Sama halnya seperti mengiris bawang di dapur atau memotong ikan di sumur, kalau teledor dan tidak hati-hati menggunakan pisau tajam tadi, bisa jadi jarinya yang teriris atau satu buku induk jarinya terpotong bersamaan dengan kapala ikan.
            Tak ada bedanya dengan memotong kue. Jika seorang perempuan mahir menggunakan pisau dengan lincah dan indah, pastilah hasil potongan kue itu akan tampak lebih menarik dan indah dipandang. Tentu hal ini akan memikat orang yang melihat kue itu. Merasa ngiler meski dari jauh sekalipun, karena salain rasa, aroma khas dan warna, potongan atau bentuk tentu merupakan faktor penarik perhatian sang pemangsa/konsumen.
            Pisau yang tajam, bisa digunakan dengan sangat indah oleh tangan-tangan lembut perempuan. Namun bisa juga digunakan sangat keji, kejam dan sangat menakutkan oleh tangan-tangan yang telah kehilangan nurani. Mungkin saja seorang perempuan yang telah prustrasi dan stress berkepanjangan oleh himpitan ekonomi keluarganya yang serba sulit. Maka pisau mejadi sangat indah dia gunakan untuk menghiris pergelangan tangannya yang putih mulus tepat pada urat nadinya. Atau seorang perempuan ‘gila’ yang menjadi ibu dari lima anak, bisa khalap dan murka dengan menggorok leher ke-lima anak laki-lakinya dengan sangat sempurna hingga putus dan membungkus ke-lima kepala anaknya itu, dia kirimkan ke rumah istri simpanan suaminya.
            Begitulah pisau di tangan perempuan. Begitu banyak fungsi dan makna pisau bagi perempuan. Tergantung dari sudut pandang mana perempuan itu akan menggunakan pisaunya.

Salam sastra..(~_~)
Ria Sitorus

Note : Catatan ini terinspirasi ketika teringat kenangan masa kecil, sering menggunakan pisau untuk membersihkan pantat kuali yang telah kelewat hitam, jadi mengikis kerak hitam itu dangan pisau. “Apa pengalaman Anda menggunakan ‘PISAU’ yang mungkin memberikan inspirasi dan imajinasi lebih gila lagi? Silahkan tulis..!!!”

Oleh : Ria Sitorus
Senin, 16 Jan 2012/12.07Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar