Rabu, 04 Januari 2012

Baca DONGENG Yuuukk...


TELAGA BIDADARI

(Dengan vocal yang baik, dan tekanan suara yang teratur)
Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang tampan dan gagah berani, bernama Awang Sukma. Suatu hari, Awang Sukma pergi mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan itu. Lalu ia membangun rumah pohon, di sebuah dahan pohon raksasa. Dari sana ia dapat melihat betapa kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan ia bergelar Datu.
Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga itu, terletak di bawah pohon yang rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya.
"Hemmmalangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa," gumam Datu Awang Sukma.
Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh rendah di telaga.
(Live sound, instrument dan suara-suara Bidadari dari langit yang sedang mandi di telaga).
Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada tuju orang gadis cantik sedang bermain air.
"Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut
terletak di dekat Awang Sukma.
"Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang Sukma.
(Live sound, effect suara gemeresik dedaunan kering...)
Mendengar suara gemeresik dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya.
"Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma.
Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain, maka tidak ada jalan untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.
Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah
seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu
Awang Sukma
pun sangat bahagia.
Namun, pada suatu hari, seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais-ngais padi di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam.
"Apa kirakira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira.
"Ini selendangku..!!” seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya itu. Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan.
"Kini saatnya aku harus kembali.!!" katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong bayinya.
Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian  itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji, yaitu menyembunyikan selendang  Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan.


"Kanda, dinda mohon jaga dan peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma.
Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.
Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika ia terbang ke kahyangan. Datu Awang Sukma menatap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka dalam hidupnya.

HIKMAH :

Jika kita menginginkan sesuatu, sebaiknya dengan cara yang baik dan halal. Kita
tidak boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat
kita akan mendapatkan balasannya.

Download by : Ria Sitorus
Edit, Selasa 13-12-11/12.09Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar