:: Airmata Duka Dalam
Sujud Seorang Perempuan ::
: kepadamu Sang Kekasih Jiwa
(Oleh : Ria Sitorus)
(Oleh : Ria Sitorus)
Malam
itu, setelah menuntaskan segala kerinduan sepasang kekasih yang bergolak dalam
dada, perempuan itu diantar pulang oleh kekasihnya. Dengan lembut dan penuh
kasih, dikecupnya tangan lelakinya yang selalu setia mendampinginya dalam
suka-duka. Perempuan itu memasuki gerbang. Melangkah pelan, meninggalkan gerbang.
Membiarkan kekasihnya pulang, sembari dalam dadanya dilantunkan do’a semoga
senantiasa Sang Pemilik Takdir mempertemukan jiwanya dan jiwa kekasihnya dalam
cinta yang abadi.
Saat tubuh perempuan itu tertelan di balik pintu rumahnya, tangisnya pecah. Tangis penuh luka-duka. Menanggungkan
kerinduan yang kian mendera.
Kepada Sang Pemilik Semesta, perempuan
itu berteriak dalam doa-doa, dalam bait-bait puisi, seperti selama ini
diajarkan sang kekasih jiwanya.
Dalam malam yang hening, perempuan
itu menulis. Dan terus menulis…
**
Tuhan-ku..
jika hanya kematian
yang mampu mengakhiri cintaku padanya,
maka bawalah
ruh-ku dalam pangkuan-MU Yang Maha Agung
Tuhan-ku..
jika engkau tak
inginkan besar cintaku ini
kupersembahkan kepadanya
yang terkasih
maka cabutlah
semua rasa cinta yang telah mengakar
di jantung, di hati
dan di jiwaku
biarlah kosong.
Dan hampa!
Dan Engkaulah
yang mengisi jiwaku ini
dengan cinta-MU Yang Maha Suci.
(*)
Usai
menulis, tangis mengalir menganak sungai dari kelopak matanya yang lelah. Mengalir
kian deras. Kian deras. Kian deras. Dan kian deras. Menganak sungai hingga
membasahi wajahnya. Mebasahi hatinya. Membasahi jiwanya. Membasahi bukunya. Membasahi
lantai kamarnya. Membanjiri rumahnya. Lalu pecah dan menumpas. Menganak sungai
ke halaman. Terus mencipta sungai yang lebih besar. Terus semakin membesar,
menuju rumah kekasihnya.
(Medan, 20 Oktober
2014) dalam hening malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar